Hidup
memang pilihan, manusia memilih untuk hidup sehingga kelak akan
memenuhi dunia ini. Bukan sekadar memenuhi dunia, tapi berusahalah
memenuhi dengan kebaikan.
Saat
terpuruk, kadang sebagai manusia ‘bodoh’ kita menyalahkan Allah
Yangmahapandai, saat diri ini kecewa kita mencari ‘kambing hitam’ agar
terhindar dari kesalahan. Hidup memang pilihan, kita memilihnya untuk
menang atau kita mundur teratur dan menyimpan sepatu kita lalu tidur.
Saat
kenyataan ini begitu pahit, bisa jadi karena polah dan tingkah kita
sendiri, hanya penyesalan yang ada. Hidup memang pilihan, kita sudah
memilihnya seharusnya kita siap juga menanggung semua resikonya.
Saat
orang yang kita sayangi kecewa dengan diri kita yang terlalu ‘bodoh’
untuk menyakitinya, hanya janji yang bisa diobral bahwa diri ini akan
berubah dan berubah. Nyatanya apa? Hidup adalah pilihan, kita pernah
memilih untuk berubah tapi kita juga memilih untuk tidak melakukan
pilihan untuk berubah, maka sudah sepantasnya kecewa dan mengecewakan.
Semua
belum berakhir. Masih banyak waktu untuk bisa memecahkan masalah, masih
ada tempat untuk menyandarkan bahu lelah kita, masih banyak celah untuk
menarus kekecewaan yang pernah kita perbuat, masih terbentang
sungai-sungai untuk mengalirkan amarah kita, masih sangat luas
danau-danau untuk merendam kesalahan kita, masih seluas samudra hindia
untuk meleburkan dosa-dosa kita.
Tinggal, bagaimana pilihan hidup kita sekarang, karena hidup adalah pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Spontaneous comments we might just one word, but it can hurt and cause deep resentment, therefore beware though only a single word.